Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Kisah Negeri Dongeng #3

Sophia memanggut. Pikirannya menjelajah ruang batin. Mencoba berpikir ulang. Mempertanyakan lagi perjalanan malam itu.  "Untuk Apa..." batinnya. Bukan untuk pria Jamaica, bukan untuk singkapan masa lalu. Entah.... yang terlintas di benaknya pada saat itu hanya satu.  "Untuk Thomas..? ."  Tidak. Batinnya menyanggah. Ini karena sepenggal kata. Tapi... Semua yang tak pernah terpikirkan terjadi. Sophia tak mampu menahan diri. Seperti apa akhir cerita itu. Sophia tidak pernah tahu. Thomas bergeming. Sophia pun tak pernah bertanya. Dan Thomas juga tak pernah mengisahkan akhir kisahnya. Semua lenyap seketika.  Ditelan malam. Gelap. Di hempas kemarau panjang. Kering. ****

Kisah Negeri Dongeng #2

Thomas menajamkan mata. Tubuhnya tertuju pada lukisan batu. Sepeminum teh, bibirnya tersungging. Senyum. Kepala sesekali memanggut. Menggeleng. Senyumnya melebar. Kakinya mundur beberapa langkah. Berdiri tegak. Menggatupkan kedua tangan di dada. Menutup kedua Kelopak mata. Lalu Terdiam. Terpaku hikmat bersama masa lalu untuk sekian waktu. Mendekat. Tangannya meraba lukisan batu. Mengelus penuh makna. Dia terpana. Takjub keindahannya. Kisahnya. Lalu Terdiam. Kemudian duduk bersila. Merogoh kantong yang selalu dibawanya. Mengambil lintingan tembakau. Menyulut api. Kepulan asap hisapan pertama memendar ke segala penjuru. Terterpa angin menghempas lukisan batu. Sisanya menyembul di sela bibir.  Setelah hisapan ketiga, lintingan itu menyisip di sela katupan bibirnya. Tangannya meraih bungkusan kecil berwarna putih. Di buka. Tangan kanan mengambil bongkahan warna coklat sebesar kerikil. "Ini simbol cahaya. Amber. Di sinilah kehidupan dimulai. Memancar. Menerangi ke segala penjuru,

Kisah Negeri Dongeng #1

Ini perjumpaan pertama. Jarum jam menunjuk angka 11. Malam. Hawa dingin menusuk menyusup ke tulang merangsek di sela sweater. Bibir Sophia bergetar menahan terpaan angin malam. Tangannya mencari penghangat. Ke dua ujung lengan sweater ditariknya membungkus jemari. Nyala lampu jalan sesekali menyambar gelap di sepanjang jalan yang dilewati bersama Thomas. Seperti sambaran rengkuhan tangan kiri lelaki yang baru ditemuinya.  "Biar hangat," jelasnya singkat. Sophia menarik tangannya menjauh. Jengah. Dia tak terbiasa dengan itu. "Kenapa ?" Thomas penasaran. "Nggak....." Sophia menjawab singkat. Sekiranya hanya 15 menit sebelum tiba di tempat simbol perlawanan pernah menjejakkan kaki di bangunan berlantai coklat itu... Thomas mulai mendongeng. Tentang cerita perjalanan lelaki tampan kelahiran Jamaica menemukan negeri tapak tua.  Meluncur dari bibir Thomas. Menemani perjalanan di tengah malam menuju negeri temuan. Sebuah tempat yang kini masyur