Langsung ke konten utama

Succes is a Journey

Gimana memaknai sebuah kesuksesan? Pertanyaan itu seringkali meluncur dari obrolan teman-teman.

Kalau dipikir umur segini apa yang udah dihasilkan? Wong gayus aja baru kepala tiga nggak cuman punya anak istri, tapi juga punya banyak rumah, tanah dan deposit milyaran rupiah. Di atas langit masih ada langit. Dan gayus kelihatan nggak sesukses Nazaruddin. Bayangin aja, laik-laki yang pernah menjadi buron KPK dan bikin gonjang-ganjing negara itu punya banyak perusahaan  dengan tender seabrek. Hartanya bikin kita puyeng membayangkan di usia 33. Itu pencapaian luar biasa meskipun kita tahu bukan dengan cara-cara yang biasa...hehee

Sebenarnya nggak cuman mereka berdua. Banyak orang dibilang sukses karena punya nama besar dan harta melimpah. Dan berlomba-lomba menuju kesana.
Kalaupun nggak sanggup, paling tidak cuman bisa membayangkan ”A ndai aku jadi orang kaya....”
Tentu saja itu makna kesuksesan yang bisa dilihat dengan kasat mata. Harta berlimpah dan berharap nantinya mati masuk surga...heheee

Aku ingat ketika seorang teman bangga menunjukkan kertas penghargaan yang diterimanya dalam sebuah kompetisi. Memasangnya di jejaring sosial untuk pengakuan. Tertawa kebanggaan.

Berbeda ketika hampir tiap dua hari sekali lelaki rent.Mmata lelahnya tertutup caping. Ia sering mampir ke rumah. Kerupuk memenuhi pikulan.

Beberapa waktu lalu aku melihat seorang perempuan yang berada disebuah rumah pendampingan. Tertegun melihatnya. Babak belur raut mukanya muncul semburat semangat ketika berbicara terbata-bata. Cerita ketika disiksa suaminya.

Aku tidak pernah tahu apa yang dialami untuk menelisik  sisi terdalam hidupanya. Hanya mencerna dan menelaah untuk sebuah empati.

***

Ingatanku lari tunggang langgang menuju orang-orang dengan peruntungan dan kesempatan. Orang yang babak belur keenakan dihajar uang, sanjungan atau secarik kertas pujian. Sementara tatapanku tertuju pada semangat ibu itu menata cuilan-cuilan kata.

”S ebuah keberhasilan,” teriak hatiku.

Sebuah kesuksesan dan keberhasilan.  Sebuah proses menjalani dan memaknai sesuatu.
Untuk pribadi saja sudah cukup. Tanpa merisaukan apapun. Meski banyak hal dilalui.
Macam warna pelangi.

Merasakan dan memandang indah warna  itu lekat - lekat. Tanda lepas dari buta warna. dan mengerti apa arti sesungguhnya.

Tidak berlebihan. Membuat kita bisa membedakan warna. Pastinya. You did it with your own way. Isn’t it????

another day in paradise. midnite on Sept'11

Komentar

Postingan populer dari blog ini

miyabi ato maria o(s)awa........

kemarin siang ga sengaja mampir ke tempat penjualan DVD yang ada di lantai dasar matahari plasa simpang lima setelah 10 menit milih-milih n nyoba beberapa film di layar kaca milik si penjual. tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya berkulit putih dan bermata sipit datang dan mendekat ke arah kasir clingak-clinguk liat sekeliling toko yang emang lagi ga banyak pengunjung "hmm...kok mencurigakan ni orang.jangan-jangan.."pikirku "mbak..ada miyabi ga ?"tanya lelaki itu. "apa itu ?? enggak ada, adanya maria osawa." tapi dengan segera si mbak penjaga toko meralat. "oooo..maria o(s)awa ya...hee..ada tapi cuma dua koleksinya"jawab penjaga toko "ya, dua-duanya..."jawab si om singkat dengan nada pelan, obrolan lelaki itu berlanjut dengan penjaga yang lain "pengen liat aja, wong di Jakarta lagi ngetrend. ini ambil dimana?? Jakarta apa Batam mas?? "di Jakarta aja kok. tapi ga banyak ambilnya......"kata penjag...

Kisah Negeri Dongeng #3

Sophia memanggut. Pikirannya menjelajah ruang batin. Mencoba berpikir ulang. Mempertanyakan lagi perjalanan malam itu.  "Untuk Apa..." batinnya. Bukan untuk pria Jamaica, bukan untuk singkapan masa lalu. Entah.... yang terlintas di benaknya pada saat itu hanya satu.  "Untuk Thomas..? ."  Tidak. Batinnya menyanggah. Ini karena sepenggal kata. Tapi... Semua yang tak pernah terpikirkan terjadi. Sophia tak mampu menahan diri. Seperti apa akhir cerita itu. Sophia tidak pernah tahu. Thomas bergeming. Sophia pun tak pernah bertanya. Dan Thomas juga tak pernah mengisahkan akhir kisahnya. Semua lenyap seketika.  Ditelan malam. Gelap. Di hempas kemarau panjang. Kering. ****