Langsung ke konten utama

kopi vs global warming

mendung menggelayut seharian ini ada hubungannya ga sama status "kopi" temen-temen di fesbuk
mungkin pada kedinginan jadi pada pengin ngopi...huuuu
makanya mata n jari langsung iseng nyari sesuatu yang 'berbau' kopi
dan...
akhirnya ketemu
sayangnya ini bukan sesuatu tentang kenikmatan menyeruput kopi, tapi justru bercerita bencana kalau kita-kita kebanyakan minum kopi

eniwey..jujur aja aku ga begitu suka ma kopi...ya sesekali aja kalo emang puengen banget. dan itupun bukan black coffee

alasannya...ga suka, kecuali
di suatu pagi, tiba-tiba ada yang nawarin nescafe hitam
"mau kopi ga?"
"kamu bikinin...hmm..ya dech
ternyata kopi bikinannya......TANDAAAASSS tanpa bekas
dan aku melupakan ketidak-sukaanku dengan minuman bernama kopi
i really mizz that moment neyy...hiiiks

******

Masih ada disekitar kita – apa yang kita lakukan – ikut andil dalam peningkatan suhu permukaan bumi, yaitu gaya hidup. Modern life style – disadari atau tidak – membuat udara disekitar kita semakin panas.

Anda tidak keberatan kan, kalau saya sebut 5 tahun terakhir ini banyak sekali bermunculan warung-warung kopi (istilah modernnya caffe), sebagai bagian dari gaya hidup?
Ratusan bahkan ribuan warung kopi tersebar dipelbagai pelosok kota, tanpa disadari bahwa gaya hidup ini mengakibatkan udara kita semakin dipenuhi co2.

Karena menurut penelitian, 1 cangkir kopi hitam bertanggung jawab atas 125 gram emisi karbon (co2), sedangkan 1 cangkir kopi instan menghasilkan co2 sebesar 80 gram (dua pertiganya dihasilkan waktu diproduksi sampai dengan distribusi, sedangkan sisanya dihasilkan saat membuat dan menghidangkan kopi).

Jika diambil rata-rata 1 cangkir kopi menghasilkan co2 100 gram dan setiap hari 1 orang penikmat kopi minum secangkir saja, maka dalam setahun orang tersebut bertanggung jawab atas 252 kilogram co2 dan 750 liter air.

Taruh kata penduduk Indonesia yang berjumlah 230 juta separuhnya penikmat kopi, maka jumlah air yang dipakai sebanyak 75 milyar liter. Sedangkan co2 yang dihasilkan dalam setahun sebesar 25 juta ton, setara dengan buangan gas co2 dari 6 juta kendaraan roda 4 dalam setahun!!

Sejauh ini hanya berbicara tentang banyaknya gas karbon yang diterbangkan keudara karena kopi , padahal ada yang memerlukan perhatian lebih. Bayangkan demi memanjakan gaya hidup kita! Berapa milyar liter air yang disedot dari tanah kita demi membuat membuat secangkir kopi!

Oleh karena itu, bijaksanalah minum kopi.

just share...
-from Laurenzz's Blog-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

miyabi ato maria o(s)awa........

kemarin siang ga sengaja mampir ke tempat penjualan DVD yang ada di lantai dasar matahari plasa simpang lima setelah 10 menit milih-milih n nyoba beberapa film di layar kaca milik si penjual. tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya berkulit putih dan bermata sipit datang dan mendekat ke arah kasir clingak-clinguk liat sekeliling toko yang emang lagi ga banyak pengunjung "hmm...kok mencurigakan ni orang.jangan-jangan.."pikirku "mbak..ada miyabi ga ?"tanya lelaki itu. "apa itu ?? enggak ada, adanya maria osawa." tapi dengan segera si mbak penjaga toko meralat. "oooo..maria o(s)awa ya...hee..ada tapi cuma dua koleksinya"jawab penjaga toko "ya, dua-duanya..."jawab si om singkat dengan nada pelan, obrolan lelaki itu berlanjut dengan penjaga yang lain "pengen liat aja, wong di Jakarta lagi ngetrend. ini ambil dimana?? Jakarta apa Batam mas?? "di Jakarta aja kok. tapi ga banyak ambilnya......"kata penjag...

Kisah Negeri Dongeng #3

Sophia memanggut. Pikirannya menjelajah ruang batin. Mencoba berpikir ulang. Mempertanyakan lagi perjalanan malam itu.  "Untuk Apa..." batinnya. Bukan untuk pria Jamaica, bukan untuk singkapan masa lalu. Entah.... yang terlintas di benaknya pada saat itu hanya satu.  "Untuk Thomas..? ."  Tidak. Batinnya menyanggah. Ini karena sepenggal kata. Tapi... Semua yang tak pernah terpikirkan terjadi. Sophia tak mampu menahan diri. Seperti apa akhir cerita itu. Sophia tidak pernah tahu. Thomas bergeming. Sophia pun tak pernah bertanya. Dan Thomas juga tak pernah mengisahkan akhir kisahnya. Semua lenyap seketika.  Ditelan malam. Gelap. Di hempas kemarau panjang. Kering. ****