Langsung ke konten utama

Kisah Pemburu Angin

-->
”Matanya pusaran beliung dari kabar-kabar negeri ujung.
Ia datang tanpa genderang
Matamu penuh lukisan berwarna sephia
muram yang menggumam.
Geletarnya sampai ke sungsum
dan si pemburu angin itu teperdaya
tanpa luka
untuk diriku sendiri.”

Itu sajak untukmu...

Dia berdiri sembari mengumbar senyum. Tulisan besar ''Hardrock Hotel'' tertimpa pendar cahaya itu memucatkan wajahnya. Namanya ? Ah, aku lupa siapa. Tapi wajah dan bibir itu selalu muncul tersapa.
Dari bibir mungilnya keluar kalimat, ''Siap?''
Dan perbincangan dengannya, di bawah siraman lampu berpendar-pendar hotel mewah itu meluncur dengan deras. Santai dan banal.

Perempuan itu sejak lama menginginkan dirinya bisa jadi langsing. Dia bercerita bagaimana repotnya melakukan itu. ''Nggak gampang loh Mas. Aku berkorban banyak. Salah satunya adalah dengan begadang terus-menerus hingga berbulan-bulan.''
Kalimatnya muram. Tapi guris senyum tetap setia dari sudut bibirnya. Untuk penulisnya.

Di tengah-tengah perbincangan, dia bangkit. ''Begini ini kalau kita mau terapi langsing. Angkat tangan ke atas, dan wajib memperlihatkan pusar kita!'', ujarnya riang.

''Pusar? Kenapa harus terlihat?'', tanyaku.

''Karena dari pusarlah nanti terlihat berapa lemak yang ada di bagian perut kita.''
Tidak terlihat lemak diperutku. Coba kau telisik

Sudah pernah tuh kuraba, dan aku lupa! Lagi-lagi lupa, kayak apa, ya?
Dia lalu kembali duduk sembari mengatakan, ''Hayah, Masnya bisa lihat sekarang tak ada lemak di perutku.''

Dia menyerupu milkshake sebelum mencomot nugget seafood. ''Nugget seafood ini juga bagus loh untuk kelangsingan. Coba masnya rasakan?''

''Oh gitu, ya?''

''Iya, ayo dicoba dulu. Ini seafood kok. Dan jangan lupa dicocol pakai saus.''

Malam melarut. Kafe di sudut hotel itu mulai lengang.
''Lalu sekarang berapa berat Anda?''

Bibirnya tersenyum. Misterius. Pakar kelangsingan itu sejak lama terkenal sebagai perempuan misterius.

''Jangan tanyakan berat. Cukup Masnya lihat dan ukur sendiri. Kalau mau, coba Masnya gendong aku. Ya, gendonglah ke mana pun mau. Tapi jangan ke semak-semak atau terowongan berhantu. Aku benci kisah horor."
Ketika itu musik mengalun agak chill-out. Beberapa nadanya penuh stacatto.

Wajahnya agak terhentak oleh bebunyian patah yang mengalun dari cabikan bas yang tertimpa liukan perih saksofon.
''Anda tak suka jazz?''
''Oh jangan salah, aku suka. Tapi aku benci jazz yang terlalu swingy.''
''Kenapa?''
''Swing selalau hanya membuat aku merasa melambung ke awan tapi tak pernah menjejak ke bumi. Kan di sana aku bisa kedinginan. Still in the cold.
”Pffff..."
Saat mengucapkan kalimat terakhir itu, misterinya bertambah dalam.
''Bagaimana kalau kita mendengar Didi Kempot, Manthous, atau Cak Diqin?''

Matanya mendelik sebentar. ''Musik zadul en kampungan? Ndesit itu!''
''Baiklah, baiklah. Kita kembali ke topik. Soal kelangsingan itu. Ngomong-ngomong, jadikah tawaran Anda untuk saya gendong?''

Senyumnya kembali. Dan dari bibirnya terucap: ''But when I open my eyes......Your gone''

Perempuan itu pergi. Tetap membawa misteri.


In the cold of the nite...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

miyabi ato maria o(s)awa........

kemarin siang ga sengaja mampir ke tempat penjualan DVD yang ada di lantai dasar matahari plasa simpang lima setelah 10 menit milih-milih n nyoba beberapa film di layar kaca milik si penjual. tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya berkulit putih dan bermata sipit datang dan mendekat ke arah kasir clingak-clinguk liat sekeliling toko yang emang lagi ga banyak pengunjung "hmm...kok mencurigakan ni orang.jangan-jangan.."pikirku "mbak..ada miyabi ga ?"tanya lelaki itu. "apa itu ?? enggak ada, adanya maria osawa." tapi dengan segera si mbak penjaga toko meralat. "oooo..maria o(s)awa ya...hee..ada tapi cuma dua koleksinya"jawab penjaga toko "ya, dua-duanya..."jawab si om singkat dengan nada pelan, obrolan lelaki itu berlanjut dengan penjaga yang lain "pengen liat aja, wong di Jakarta lagi ngetrend. ini ambil dimana?? Jakarta apa Batam mas?? "di Jakarta aja kok. tapi ga banyak ambilnya......"kata penjag...

Kisah Negeri Dongeng #3

Sophia memanggut. Pikirannya menjelajah ruang batin. Mencoba berpikir ulang. Mempertanyakan lagi perjalanan malam itu.  "Untuk Apa..." batinnya. Bukan untuk pria Jamaica, bukan untuk singkapan masa lalu. Entah.... yang terlintas di benaknya pada saat itu hanya satu.  "Untuk Thomas..? ."  Tidak. Batinnya menyanggah. Ini karena sepenggal kata. Tapi... Semua yang tak pernah terpikirkan terjadi. Sophia tak mampu menahan diri. Seperti apa akhir cerita itu. Sophia tidak pernah tahu. Thomas bergeming. Sophia pun tak pernah bertanya. Dan Thomas juga tak pernah mengisahkan akhir kisahnya. Semua lenyap seketika.  Ditelan malam. Gelap. Di hempas kemarau panjang. Kering. ****