Langsung ke konten utama

Pyaaaarr...!!!

Pyaaaarr...!!!
Vas yang tadinya berada di meja pojok ruangan itu berubah menjadi keping-keping dan berserakan di sekitar ruangan
kamu..kamu..kamu lagi!! coba kamu hitung udah berapa kali kamu pecahin vas kesukaanku?!!
dan si tertuduh bersikap seperti biasa, diam tak bergeming. ekspresi kemarahanku dengan mata melotot dan penuh dendam justru disuguhi tampang innocent memenuhi raut mukanya yang jelas-jelas bikin aku sepet saat itu

hanya diam dan tak sekalipun memberi alasan kenapa vas kesukaanku itu bisa berantakan di lantai. seingatku sudah tiga kali kamu melakukan hal yang sama pada vas-vas ku sebelumnya

tak tahu lagi bagaimana harus mencari jawaban jelas membuat aku meradang hingga kepalan tangan kananku maju ke arah wajah tanpa ekspesinya. muka dan badan  limbung ke kiri. ak ada perlawanan. hanya diam
mungkin ini yang kamu inginkan? aku tidak minta kamu mengganti vas kesukaanku, atau meminta pertanggungjawabanmu di depan meja hijau. aku hanya ingin tahu kenapa vas itu bisa pecah…tersenggol, tertiup angin, pecah sendiri...aku hanya ingin tahu alasanmu..argumenmu..thats all!!
bisa jadi pecah emang kesenggol nggak sengaja, atau kamu emang punya hopi mecahin barang pecah belah...??!!
aku hanya ingin tahu..dan rasa ingin tahuku tak kau penuhi
padahal jelas mudah sekali menjawab pertanyaanku..dengan sejujurnya

akupun kemudian bertanya-tanya
apa sih susahnya menjawab pertanyaan dengan jujur???
atau diammu itu karena tidak menemukan jalan menjawab pertanyaan dengan kebohongan..hmmmm
masih tak ada reaksi
kemarahan itu akhirnya kubawa berlalu meninggalkanmu. aku tidak tahu apa isi hatimu, berkecamuk? dendam dengan kepalan tanganku, marah atau cuek dan nggak  perduli??
aku memilih tidak memikirkanya apa yang dia pikirkan

hanya satu yang ada dalam benakku..satu kata : pengecut!!

***

aku memastikan kalau  pecahan itu tersapu bersih tanpa meninggalkan secuilpun serpihan tertinggal. aku memeriksanya berkali-kali dan memastikan  biar nggak melukaiku dan orang disekitarku.

Pecahan..pecahan vas yang berserakan di ruangan semua sudah tersapu bersih dan terbuang di tempat sampah belakang rumah.
"biar diambil tukang sampah langganan atau dikais pemulung yang sesekali melintas sekitar rumah,"pikirku
memang tiap pagi selalu datang pemulung memeriksa tempat sampah dari baru bata itu. artinya pemulung itu setiap hari berharap mendapat rongsokan yang bisa menambal hidupnya. padahal bisa saja sudah diambil tukang sampah langganan dan ngacirlah dia. tapi  tetap aja melongoh siapa tahu ada benda berharga yang bisa diambilnya.

***
bukannya nggak punya waktu,  bisa jadi dalam hal ini aku juga nggak punya cita rasa tinggi dan punya keinginan untuk menciptakan karya seni baru dari hasil pecahan yang kukumpulkan dan sudah terbuang di tempat sampah
aku bukan tipikal orang yang bijaksana mengumpulkan serpihan, pecahan dan mengelemnya satu persatu sehingga terlihat lagi bentuk aslinya. meski dengan goresan  dan kemudian memajangnya di tempat favorit.

Sometimes its better to leave them broken daripada merangkainya kembali dengan tidak sempurna, meskipun itu bisa jadi menghasilkan sesuatu yang lebih indah dari vas sebelumnya. Atau bisa menyakiti oranglain karena kubiarkan begitu aja.

Terlepas dari itu, apapun penilaian untuk  si pemecah vas milikku
Kalau ditanya apakah kamu sakit hati karena vasmu dipecahkan..dipecahkan karena memang kamu satu-satunya orang yang ada sewaktu vas itu jatuh.
Let me tell the thruth...Semua orang pasti akan menjawab IYA pada saat itu juga, apalagi jika penyebabnya kecerobohan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Tapi kalau pada akhirnya memang nggak bisa menemukan alasan kenapa itu bisa terjadi...ya sudah biarkan saja..relakan saja toh kenyataannya vas itu sudah pecah dan tak  mungkin bisa kembali seperti memutar adegan film yang bisa diulang-ulang semaunya.
sapa tahu nanti bakalan dapet vas baru yang lebih bagus..bakalan dapet? ngarep dikasih..heeee
atau kebetulan lihat di etalase toko langsung kesengsem..

Aku rasa langkah itu lebih bijak dibandingkan meratapi vas yang sudah pecah. apalagi kalau pecahannya menyakitimu atau orang disekitarmu...(non)

01082011
after lunch on fasting day

Komentar

Postingan populer dari blog ini

miyabi ato maria o(s)awa........

kemarin siang ga sengaja mampir ke tempat penjualan DVD yang ada di lantai dasar matahari plasa simpang lima setelah 10 menit milih-milih n nyoba beberapa film di layar kaca milik si penjual. tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya berkulit putih dan bermata sipit datang dan mendekat ke arah kasir clingak-clinguk liat sekeliling toko yang emang lagi ga banyak pengunjung "hmm...kok mencurigakan ni orang.jangan-jangan.."pikirku "mbak..ada miyabi ga ?"tanya lelaki itu. "apa itu ?? enggak ada, adanya maria osawa." tapi dengan segera si mbak penjaga toko meralat. "oooo..maria o(s)awa ya...hee..ada tapi cuma dua koleksinya"jawab penjaga toko "ya, dua-duanya..."jawab si om singkat dengan nada pelan, obrolan lelaki itu berlanjut dengan penjaga yang lain "pengen liat aja, wong di Jakarta lagi ngetrend. ini ambil dimana?? Jakarta apa Batam mas?? "di Jakarta aja kok. tapi ga banyak ambilnya......"kata penjag...

Kisah Negeri Dongeng #3

Sophia memanggut. Pikirannya menjelajah ruang batin. Mencoba berpikir ulang. Mempertanyakan lagi perjalanan malam itu.  "Untuk Apa..." batinnya. Bukan untuk pria Jamaica, bukan untuk singkapan masa lalu. Entah.... yang terlintas di benaknya pada saat itu hanya satu.  "Untuk Thomas..? ."  Tidak. Batinnya menyanggah. Ini karena sepenggal kata. Tapi... Semua yang tak pernah terpikirkan terjadi. Sophia tak mampu menahan diri. Seperti apa akhir cerita itu. Sophia tidak pernah tahu. Thomas bergeming. Sophia pun tak pernah bertanya. Dan Thomas juga tak pernah mengisahkan akhir kisahnya. Semua lenyap seketika.  Ditelan malam. Gelap. Di hempas kemarau panjang. Kering. ****

Kisah Negeri Dongeng #2

Thomas menajamkan mata. Tubuhnya tertuju pada lukisan batu. Sepeminum teh, bibirnya tersungging. Senyum. Kepala sesekali memanggut. Menggeleng. Senyumnya melebar. Kakinya mundur beberapa langkah. Berdiri tegak. Menggatupkan kedua tangan di dada. Menutup kedua Kelopak mata. Lalu Terdiam. Terpaku hikmat bersama masa lalu untuk sekian waktu. Mendekat. Tangannya meraba lukisan batu. Mengelus penuh makna. Dia terpana. Takjub keindahannya. Kisahnya. Lalu Terdiam. Kemudian duduk bersila. Merogoh kantong yang selalu dibawanya. Mengambil lintingan tembakau. Menyulut api. Kepulan asap hisapan pertama memendar ke segala penjuru. Terterpa angin menghempas lukisan batu. Sisanya menyembul di sela bibir.  Setelah hisapan ketiga, lintingan itu menyisip di sela katupan bibirnya. Tangannya meraih bungkusan kecil berwarna putih. Di buka. Tangan kanan mengambil bongkahan warna coklat sebesar kerikil. "Ini simbol cahaya. Amber. Di sinilah kehidupan dimulai. Memancar. Menerangi ke segala penjuru,...