Langsung ke konten utama

Laki-laki itu matahari

"Laki-laki itu matahari..." kata-kata itu tiba-tiba muncul begitu saja dari sebuah pembicaraan yang tak disengaja dengan  bos kecil yang baru pertama kali kulihat hari itu.

Aku sendiri juga tidak tahu kenapa meng-analogikan laki-laki seperti matahari. Setelah kupikir-pikir pasti ni karena pertanyaan bertubi-tubi yang sedikit berbau filsafat dari si- bos. Mustinya berbicara soal pekerjaan dunk bos..

"Ni orang baru sekali kenal dan ketemu kok ngomongnya dah begini,"pikirku. Tapi tentu saja seperti biasa aku selalu berbicara tanpa beban (meski itu bos..hiiiks) dan semua meluncur begitu saja dari mulutku.

"Mulutku emang harus sering-sering di training nih..heheee

Jelasnya pernyataan itu seperti muncul dari alam bawah sadarku. Mungkin karena saat itu aku lagi memikirkan laki-laki.
iam not sure

Tapi aku jadi ingat kata-kata itu pernah ku ucapkan dan muncul ketika aku sering melakukan perjalanan ke timur untuk alasan yang tidak perlu dijelaskan secara detail

Tapi kurang lebihnya seperti ini

Kebiasaan menuju ke arah timur aku ibaratkan sendiri dengan perjalanan mencari matahari
kenapa seperti itu
karena dari arah timur lah hingga kini matahari masih setia terbit (belum berganti dari arah barat kan..kecuali jika matahari itu tenggelam...

aku lebih suka mencari matahari terbit daripada matahari tenggelam karena di situ awal cahaya itu datang. dipancarkan untuk memberi kehangatan
untuk memberi kehidupan, itu artinya memberi cinta

meski akhir-akhir ini matahari begitu 'panas'
aku tidak tahu pasti apakah karena matahari marah, atau karena tahu buruknya kelakuan orang-orang yang sudah diberi kehidupan
atau karena sedang memberikan cintanya dengan berlebihan, sehingga membuat siapapun yang terkena cahayanya akan menggelepar kesakitan

Tapi setelah menunjukkan kehebatan sengatannya itu, sekarang ini matahari benar marah bahkan sepertinya ingin membunuh kehangatannya. Ingin membunuh cinta dan ingin membunuh kehidupan

karena matahari tak lagi sudi mampir memberikan kehangatan seperti yang dilakukan sebelumnya

pagi yang senantiasa disinari cahaya lembayung dari ufuk timur, menjadi gelap..dingin
lama matahari tak menampakkan diri
matahari menyelinap pergi tanpa kutahu

dan sinarnya bergantikan tangisan airmata langit
entah sampai kapan

ohh...betapa bahagianya orang yang tinggal di California
matahari selalu hadir disana
mereka selalu diberi cahaya
diberi kehangatan...diberi kehidupan dan diberi cinta

dan aku cemburu

laki-laki itu matahari

it happen on Jan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

miyabi ato maria o(s)awa........

kemarin siang ga sengaja mampir ke tempat penjualan DVD yang ada di lantai dasar matahari plasa simpang lima setelah 10 menit milih-milih n nyoba beberapa film di layar kaca milik si penjual. tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya berkulit putih dan bermata sipit datang dan mendekat ke arah kasir clingak-clinguk liat sekeliling toko yang emang lagi ga banyak pengunjung "hmm...kok mencurigakan ni orang.jangan-jangan.."pikirku "mbak..ada miyabi ga ?"tanya lelaki itu. "apa itu ?? enggak ada, adanya maria osawa." tapi dengan segera si mbak penjaga toko meralat. "oooo..maria o(s)awa ya...hee..ada tapi cuma dua koleksinya"jawab penjaga toko "ya, dua-duanya..."jawab si om singkat dengan nada pelan, obrolan lelaki itu berlanjut dengan penjaga yang lain "pengen liat aja, wong di Jakarta lagi ngetrend. ini ambil dimana?? Jakarta apa Batam mas?? "di Jakarta aja kok. tapi ga banyak ambilnya......"kata penjag...

Kisah Negeri Dongeng #3

Sophia memanggut. Pikirannya menjelajah ruang batin. Mencoba berpikir ulang. Mempertanyakan lagi perjalanan malam itu.  "Untuk Apa..." batinnya. Bukan untuk pria Jamaica, bukan untuk singkapan masa lalu. Entah.... yang terlintas di benaknya pada saat itu hanya satu.  "Untuk Thomas..? ."  Tidak. Batinnya menyanggah. Ini karena sepenggal kata. Tapi... Semua yang tak pernah terpikirkan terjadi. Sophia tak mampu menahan diri. Seperti apa akhir cerita itu. Sophia tidak pernah tahu. Thomas bergeming. Sophia pun tak pernah bertanya. Dan Thomas juga tak pernah mengisahkan akhir kisahnya. Semua lenyap seketika.  Ditelan malam. Gelap. Di hempas kemarau panjang. Kering. ****

Kisah Negeri Dongeng #2

Thomas menajamkan mata. Tubuhnya tertuju pada lukisan batu. Sepeminum teh, bibirnya tersungging. Senyum. Kepala sesekali memanggut. Menggeleng. Senyumnya melebar. Kakinya mundur beberapa langkah. Berdiri tegak. Menggatupkan kedua tangan di dada. Menutup kedua Kelopak mata. Lalu Terdiam. Terpaku hikmat bersama masa lalu untuk sekian waktu. Mendekat. Tangannya meraba lukisan batu. Mengelus penuh makna. Dia terpana. Takjub keindahannya. Kisahnya. Lalu Terdiam. Kemudian duduk bersila. Merogoh kantong yang selalu dibawanya. Mengambil lintingan tembakau. Menyulut api. Kepulan asap hisapan pertama memendar ke segala penjuru. Terterpa angin menghempas lukisan batu. Sisanya menyembul di sela bibir.  Setelah hisapan ketiga, lintingan itu menyisip di sela katupan bibirnya. Tangannya meraih bungkusan kecil berwarna putih. Di buka. Tangan kanan mengambil bongkahan warna coklat sebesar kerikil. "Ini simbol cahaya. Amber. Di sinilah kehidupan dimulai. Memancar. Menerangi ke segala penjuru,...